Senin, 23 Januari 2017

Akronimisasi dan Penyerapan (Abdul Chaer) by Intan Palupi


AKRONIMISASI DAN PENYERAPAN
            Konversi lazim juga disebut sebagai derivasi zero, transmutasi atautransposisi adalah proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu (Abdul Chaer, 2008: 235). Misalnya, kata cangkul dalam kalimat (1) adalah berkategori nomina, tetapi dalam kalimat (2) adalah berkategori verba.
(1)  Petani membawa cangkul ke sawah.
(2)  Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.

A.      Akronimisasi
Adalah proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang diraliasikan dalam seebuah lonstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah data yang disebuat akronim. Jadi, sebetulnya akronim adalah sebuah singkatan namun yang ‘diperlakukan’ sebagai sebuah kata atau sebuah butir leksikal (Abdul Chaer, 2008: 236-237).
Cara-cara kaidah atau pembentukan akronim:
1.     Pengambilan huruf fonm-fonem pertama dari kata. misalnya:  IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
2.     Pengambilan suku kata pertama dari semua kata. Misalnya: balita (bawah lima tahun) puskesmas (pusat kesehatan masyarakat)
3.     Pengambilan suku kata pertama ditambah dengan hurufpertama dari suku kata kedua dari setiap kata. misalnya: warteg (warung tegal) depkes (departemen kesehatan) sulsel (sulawesi selatan)
4.     Pengambilan suku kata yang dominan dari setiap kata yang mewadahi konsep. Misalnya: juklak (petunjuk pelaksanaaan) tilang (bukti pelanggaran) gakin (keluarga miskin)
5.     Pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tidak beraturan, namun masih dengan memperhatikan ‘keindahan’ bunyi. Misalnya: pilkada (pemilihan kepala darah) bulog (badan urusan logistik) organda (organisasi angkutan darat)
6.     Pengambilan unsur-unsur kata yang mewadahi konsep itu, tetapi sukar disebutkan keteraturannya termasuk di seni. Misalnya: sinetron (sinema elektronik) satpam (satuan pemanasan) insert (informasi selebritis)

B.    Penyerapan
Adalah proses pengambilan kosakata dari bahasa asing, baik bahasa asing Eropa (seperti bahasa Belanda), bahasa Inggris, bahasa Portugis dll), maupun bahasa asing Asia (arab, Persi, Sansekerta, Cina, dll) termasuk bahasa Nusantara (seperti Jawa, Sunda, Minang, Bali, dll) (Abdul Chaer, 2008: 239).
Pedoman pembentuka istilah:
1.     Kata-kata yang sudah terserap dan lazim digunakan sebelum buku pedoman ini terbit, tidak perlu lagi diubah ejaannya. Misalnya kat-kata kabar, sirsak, telepon, iklan, perlu, bengkel, hadir dan badan.
2.     Penyerapan dilakukan scara utuh. Misalnya kata standardisasi, efektivitas, objektifitas, dan implemen.
3.     Huruf-huruf asing pada awal kata harus disesuaikan. misalnya:
au tetap au =
audiogram                         audiogram
autotroph                          autotrof
hydraulic                           hidraulik
caustic                               kaustik

Komposisi (Abdul Chaer) by Intan Palupi



KOMPOSISI
            Adalah proses penggabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu ‘konsep’ yang belum tertampung dalam sebuah kata. Komposisi dalam bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata (Abdul Chaer, 2008:209)
Contoh : bukit = gunung kecil, bukit kecil
              Rumah = bangunan tempat tinggal, bangunan tempat mengadaikan
Komposisi dalam Peristilahan
            Istilah majemuk (lihat Alisjahbana, 1953) digunakan untuk mengacu kepada konsep “gabungan dua buah kata atau lebih” arti ‘sejenis tanaman yang…’ adalah sebuah kata majemuk; tetapi kumis kucing dalam arti ‘kumis dari seekor kucing’ bukanlah kata majemuk. Begitu juga dengan bentuk tangan panjang dalam arti ‘pencuri’, membanting tulang dalam arti ‘bekerja keras’ dan meja hijau dalam arti ‘pengadilan’ adalah kata majemuk (Abdul Chaer, 2008: 210).
            Dari uraian iatas dapat ditarik dua kesimpulan. Pertama, konsep kata majemuk seperti yang dimaui Alisyahbana adalah identik dengan konsep idiom dalam kajian semantik. Kedua, dibuatnya dikolomi kata majemuk dan bukan kata majemuk.
            C.A. Mees (1957) menggunakan istilah kata majemuk dan aneksi. Dengan istilah kata majemuk dimaksudkan untuk gabungan kata yang memiliki makna idiomatik, persis sama dengan yang digunakan Alisyahbana. Sedangkan istilah aneksi dimaksudkan untuk menyebut gabungan kata yang maknanya masih dapat ditelusuri secara gramatikal, seperti lukisan Yusuf memiliki makna ‘lukisan milik Yusuf’ atau ‘lukisan buatan Yusuf’; meja tulis bermakna ‘meja untuk menulis’. Jadi, C.A. Mees menggunakan istilah kata majemuk untuk komposisi yang bermakna idiomatik, dan aneksi untuk komposisi yang bukan bermakna idiomatikal.

Aspek Semantik Komposisi
            Tujuan utama membentuk komposisi adalah untuk menampung atau mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan kita tetapi belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah kata (Abdul Chaer, 2008 : 212-215). Konsep ini dibedakan menjadi lima macam, yaitu :
1.     Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, sehingga membentuk komposisi yang koordinatif. Makna gramatikal hasil penggabungan koordinatif bisa ‘dan’ bisa juga ‘atau’.
Misalnya : baca tulis                          baca dan tulis
      Pulang pergi                     pulang dan pergi
2.     Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan  tidak sederajat, sehingga melahirkan komposisi yang subordinatif.
Misalnya : sate lontong Madura = memiliki makna gramatikal ‘sate lontong yang berasal dari Madura’
                  Sate Pak Kumis = memiliki makna gramatikal ‘sate buatan Pak Kumis.
3.     Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pati, sudah tentu mmeskipun bebas dari konteks kalimatnya, karena sebagai istiilah hanya digunakan dalam bidang ilmu atgau kegiatan tersebut.
Misalnya : istilah olahraga = tolak peluru, angkat besi, terjun payung 
      Istilah pendidikan = guru bantu, buku ajar, tahun ajaran
4.     Komposisi pembentukan idiom, yakni npenggabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal.
Misalnya : memeras keringat = bekerja keras
                  Membanting tulang = bekerja keras
                  Bau kencur = masih kanak-kanak
5.     Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah wujud dalam dunia nyata.
Misalnya : Griya Matramana
                  Stasiun Gambir
                  Selat sunda

Pengembangan Komposisi
            Adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanya yang bentuk tunggal. Jika dilihat dari segi semantik, semakin luas komposisi itu makan maknanya akan semakin “sempit” (Abdul Chaer, 2008: 215-216).
Misalnya : kereta = mencakup semua jenis kereta yang diketahui, kereta kelinci, kereta kuda, kereta listrik, dll.
A.    Komposisi Nominal
            Yang dimaksud dengan komposisi nominal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nomina(Abdul Chaer, 2008:216) . Misalnya komposisi kakek nenek dan baju baru pada kedua kalimat berikut :
-        kakek nenek pergi berlebaran
-        mereka memekai baju baru
            Sebagai pengisi fungsi subjek komposisi kakek nenek berkategori nomina; dan sebagai pengisi objek komposisi baju baru juga berkategori nomina.
Komposisi nominal dapat dibentuk dari dasar:
a.      Nomina + nomina, seperti kakek nenek, mejakayu, dan sate kambing.
b.     Nomina + verba, seperti meja makan, buku ajar, dan ruang tnggu.
c.      Nomina + ajektifa, seperti guru muda, mobil kecil, dan meja hijau.
d.     Adverbia + nomina, seperti bukan uang, banyak buaya, dan beberapa murid.
Dalam kaitannya dengan masalah semantik dapat dibedakan dalam lima macam komposisi nomina, seperti :
·       Komposisi nominal bermakna gramatikal, makna yang menyatakan :
Ø  ‘gabungan biasa’, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan.
Ø  ‘bagian’, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari.
Ø  ‘kepunyaan atau pemiliki’, sehingga diantara kedua ubnsurnya dapat disisipkan kata milik.
Ø  ‘asal bahan’, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata trbuat dari.
Ø  ‘asal tempat’, sehingga diatara kedua unsurnya dapat disisipkan kata berasal dari.
Ø  ‘tempat melakukan sesuatu’, kedua unsurnya dapat disisipi tempat melakukan sesuatu
Ø  ‘kegunaan tertentu’, diantara kedua unsurnya dapat disisipi kata untuk
Ø  ‘bentuk’, diantara kedua unsurnya dapat disisipi kata berbentuk
Ø  ‘jenis’, diantara kedua unsurnya dapat disisipi kata jenis
Ø  ‘keadaan, diantara kedua unsurnya dapat dididipi katra dalam keadaan
Ø  ‘seperti atau menyerupai’, dianatara kedua unsurnya dapat disisipi kata seperti atau serupa
Ø  ‘jender atau jenis kelamin’, dapat disisipi kata berkelamin
Ø  ‘model’, dapat disisipi kata model, dan lain-lain (Abdul Chaer, 2008:217)
·       Komposisi nominal bermakna idiomatik, ada sejumlah komposisi nominal yang memiliki makna idiomatik, baik berupa idiom penuh (memiliki makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal) namun makna idiomatik akan lebih jelas jika dalam konteks kalimat.
Misalnya : orang tua dalam arti ‘ayah ibu’ = semua orang tua murid sudah hadir di Aula
      Kumis kucing dalam arti ‘tanaman obat’
      Kupu-kupu malam dalam arti ‘wanita tuna susila’
 atau idiom sebagian (yang salah satu unsurnya memiliki makna leksikal, seperti komposisi daerah hitam, pakaian kebesaran, koran kuning, dan gaji buta. Yang meiliki makna idiomatik adalah kata hitam, kebesaran, kuning, dan buta. (Abdul Chaer, 2008:222-223)
·       Komposisi nominal metafiris
·       Komposisi nominal nama dan istilah
·       Komposisi nominal dengan adverbia

B.    Komposisi Verbal
            Yang dimaksud komposisi verbal adalah komposisi yang paa satuan klausa berkategori verbal (Abdul Chaer, 2008:225). Misalnya komposisi menyanyi menari dan datang mnghadap pada kedua kalimat berikut :
-        mereka menyanyi menari sepanjang malam.
-        dia datang menghadap kepala sekolah.
            Sebagai pengisi fungsi predikat komposisi menyanyi menari dan datang menghadap kategori verba.
Komposisi verbal dapat dibentuk dari dasar :
a.      Verba+verba, seperti menyanyi menari, datang menghadap, duduk termrmenung, dan lari bersembunyi.
b.     Verba+nomina, seperti gigit jari, membanting tulang, makan tangan dan lompat galam.
c.      Verba+adektiva, seperti lompat tinggi, lari cepat, berkata keras, dan makan besar.
d.     Adverbia+verba, seperti sudah makan, tidak datang, belum jumpa dan masih tidur.  
Dalam kaitannya dengan masalah semantik ada tiga macam komposisi verba, seperti :
·       Komposisi verbal bermakna gramatikal, dalam proses pembentukannya muncul beberapa makna gramatikal, antara lain :
Ø  ‘gabungan biasa’, dapat disisikan kata dan
Ø  ‘gabungan mempertentangkan’, dapat disisipkan kata atau
Ø  ‘sambil’, dapat disisipkan kata sambil
Ø  ‘lalu’, dapat disisipkan kata lalu
Ø  ‘untuk’, dapat didipkan kata untuk (Abdul Chaer, 2008:226)
·       Komposisi verbal bermakna idiomatik
·       Komposisi verbal dengan adverbia

C.    Komposisi Ajektival
Adalah komposisi yang pada satuan klausa, berkategori adektival (Abdul Chaer, 2008:231). Misalnya komposisi cantik molek dan kaya miskin dalam klausa berikut :
-        Gadis yang cantik molek itu duduk termenung
-        Kaya miskin dihadapan Allah sama saja
Komposisi ajektifal dapat dibentuk dari dasar :
a.      Ajektiva+ajektifa, seperti tua muda, besar kecil dan putih baru
b.     Ajektifa+nomina, seperti merah darah, keras hati dan biru laut
c.      Ajektifa+verba, seperti takut pulang, malu bertanya dan berani pulang
d.     Adverbia+ajektifa, seperti tidak berani, sangat indah dan agak nakal
Dalam kaitannya dengan semantik ada tiga macam komposisi ajektival, seperti :
·       Komposisi ajektval bermakna gramatikal, antara lain :
Ø  ‘gabunagan biasa’, dapat disisipi kata dan
Ø  ‘alternatif atau pilihan’, kedua unsurnya dapat disisikpan kata atau
Ø  ‘seperti’, kedua unsurnya dapat disisipi kata seperti
Ø  ‘serba’, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen yang sama
Ø  ‘untuk’, dapat disisipkan kata untuk
Ø  ‘kalau’, dapat disisipkan kata kalau (Abdul Chaer, 2008:232)
·       Komposisi ajektival bermakna idiomatikal, yakni makna yang tidap dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal (Abdul Chaer, 2008:234).  
misalnya: panjang usus dalam arti sabar
                tinggi hati dalam arti angkuh
·       Komposisi ajektival dengan adverbia, ada dua macam adverbia yang mendampingi ajektival (Abdul Chaer, 2008:234), yaitu :
Adverbia negasi : tidak
adverbia derajat : agak, sama, lebih, tidak mudah, tidak lurus, dan tidak cantik