PROSES MORFOLOGI
Proses morfologi pada dasarnya
adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan
afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi),
penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan
pengubahan status (dalam proses konveksi).
Jadi, kalau analisis morfologi
mencerai-ceraikan data kebahasaan yang ada, sedangkan proses morfologi mencoba
menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi sebuah bentuk yang lebih besar
yang berupa kata kompleks atau kata yang polimorfemis. (Chaer, 2008: 25)
A. Afiksasi
Adalah
salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik kategori verba, kategori
nomina, maupun ajektiva. (Chaer, 2008: 106)
a. Pembentukan
Verba
Afiks-afiks pembentuk verba
adalah :
1)
Prefiks
ber-
2)
Konfiks
dan klofiks ber-an
3)
Klifiks
ber-an
4)
Sufiks
-kan
5)
Sufiks
–i
6)
Prefiks
per-
7)
Konfiks
per-kan
8)
Konfiks
per-i
9)
Prefiks
me-
10)
Prefiks
di-
11)
Prefiks
ter-
12)
Prefiks
ke-
13)
Konfiks
ke-an
1) Verba
Berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam
pembentukan verba dngan prefiks ber- dapat berupa :
·
Morfem
dasar terikat, seperti pada kata bertempur, berkelahi, berjuang, bertikai dan
berhenti. Bentuk dasarnya yang berupa morfem dasar terikat: tempur, klahi,
juang, tikai, dan henti.
·
Morfem
dasar bebas, seperti terdapat pada kata berladang, beternak, bekerja,
bernyanyi, dan bergaya. Bentuk dasarnya yang berupa morfem dasar bebas: ladang,
ternak, kerja, nyanyi, dan gaya.
·
Bentuk
turunan berafiks, seperti kata berpakaian kata dasarnya pakaian, beraturan kata dasarnya aturan, berkekuatan kata dasarnya kekuatan.
·
Bentuk
turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari-lari bentuk dasarnya lari-lari, berkeluh-kesah dasarnya keluh-kesah.
·
Bentuk
turunan hasil komposisi, seperti pada kata berjual beli bentuk dasarnya jual beli, bertemu muka bentuk dasarnya temu muka.
I.
Verba berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘mempunyai (dasar)’ atau ‘ada (dasar)nya’
Apabila
bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+benda), (+umun), (+milik) dan atau
(+bagian).
Contoh: Berayah =
mempunyai ayah
Bermesin = ada mesinnya
Berjendela = ada jendelanya
II.
Verba berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘memakai’ atau ‘mengenakan’
Apabila
bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+pakaian) atau (+perhiasab). Contoh: Berkebaya
= memakai kebaya
Berjilbab = memakai jilbab
Berkalung = memakai kalung
III.
Verba berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘mengendarai’, menumpang’ atau naik’
Apabila
bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+kendaraan).
Contoh: Bersepeda =
mengendarai sepeda
Berkuda = naik kuda
IV.
Verba berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘berisi’ atau ‘mengandung’
Apabila
bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+benda), (+alaman), (+kandungan).
Contoh: Beracun =
mengandung racun
Berair = berisi air
V.
Verba berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘mengeluarkan’ atau ‘menghasilkan’
Apabila
bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+benda), (+hasil), atau (+keluar).
Contoh : berproduksi
= menghasilkan produksi
Bertelur = mengeluarkan telur
Berair mata = mengeluarkan air mata
VI.
Verba Berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘mengusahakan’ atau ‘mengupayakan’
Apabila bentuk
dasarnya mempunyai komponen makna (+bidang usaha).
Contoh : berladang =
mengusahakan ladang
Beternak =mengusahakan ternak
Bersawah = mengerjakan sawah
VII.
Verba berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘melakukan kegiatan’
Apabila bentuk
dasarnya mempunyai komponen makna (+benda) dan (+kegiatan).
Contoh : berdebat =
melakukan debat
Bersenam = melakukan senam
Berdiskusi = melakukan diskusi
VIII.
Verba berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘mengalami’ atau ‘berada dalam keadaan’
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+perasaanbatin).
Contoh : begembira =
dalam keadaan gembira
Berduka cita = dalam keadaan duka cita
IX.
Verba berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘menyebut’ atau ‘menyapa’
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+kerabat) dan (+sapaan).
Contoh : berabang =
memanggil abang
Berkakak = menyebut kakak
Beradik =memanggil adik
X.
Verba berprefiks ber- memiliki
makna gramatikal ‘kumpulan’ atau ‘menyapa’
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+jumlah) atau (+hitung).
Contoh : berdua =
kumpulan dari dua orang
Bertiga = kumpulan dari tiga orang
Bertujuh = kumpulan dari tujuh orang
2) Verba
berkonfiks dan berklofiks ber-an
Verba
berbentuk ber-an seperti pada kata bermunculan dan berpakaian memiliki dua
macam pembentukan. Pertama yang berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks
–an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar.
Kedua,
yang berupa klofiks artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu diimbuhkan secara
bersamaan pada sebuah dasar. (Chaer, 2008: 112)
Contoh : verba
berklofiks, maka bagan proses pembentukannya adalah sebagai berikut :
Maka gramatikal verba berkonfiks
ber-an adalah :
·
Banyak
serta todak teratur
·
Saling
atau berbalasan
·
Saling
berada di
I.
Verba berkonfiks ber-an memiliki
makna gramatikal ‘banyak serta tidak teratur’
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan), (+sasaran) dan (+gerak).
Contoh : berlarian =
banyak yang berlari dan tidak beraturan
Bermunculan = banyak yang muncul dan tidak teratur
II.
Verba berkonfiks ber-an memiliki
makna gramatikal ‘saling’ atau ‘berbalasan’
Apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan), (+sasaran) dan (+gerak).
Contoh : bermusuhan =
saling memusuhi
Bertangisan = saling menangis
Bersentuha = saling bersentuhan
III. Verba
berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling berada di’
Apabila
bentuk dasar memiliki komponen makna (+benda), (+lelaki) dan (+tempati).
Contoh : bersebelahan
= saling berada di sebelah
Berhadapan = saling berada di hadapan
3) Verba
berklofiks ber-kan
Verba
berkonfiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar
diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks-kan. (Chaer, 2008: 115)
Contoh : senjata diimbuhkan prefiks ber = bersenjata, lalu diimbuhkan sufiks –kan
= bersenjatakan
4) Verba
bersufiks –kan
Dalam
prosesnya, sufiks –kan bila diimbuhkan pada dasar yang memiliki komponen maka
(+tindakan) dan (+sasaran) akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Bila diimbuhkan pada
dasar yang lain, sufiks –kan akan membentuk pangkal (steam) yang menjadi dasar
dalam pembentukan verba inflektif. (Chaer, 2008: 117)
I.
Verba bersufiks –kan memiliki
gramatikal; ‘jadikan’
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan) atau (+sifat khas).
Contoh : tenangkan =
jadika tenang
Damaikan = jadikan damai
II. Verba
bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan berada di’
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+tempat) atau (+arah).
Contoh : pinggirka =
jadikan berada di pinggir
Tempatka = jadikan berada itempat
III. Verba
bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan untuk orang lain’
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran).
Contoh : ambilkan =
lakukan ambil untuk orang lain
Belikan = lakukan beli untuk orang lain
IV. Verba
bersuiks –kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan akan’
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran).
Contoh : lemparkan =
lakukan lempar akan
Hapuskan = lakukan hapus akan
V. Verba
bersufikd –kan memiliki makna gramatikal ‘bawa masuk ke’
Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ruang).
Contoh : gudangkan =
bawa masuk ke gudang
Petikan = bawa masuk ke peti
5) Verba
bersufiks-i
Adalah
verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal (steam) dalam pembentukan
verba inflektif (Chaer, 2008: 119). Verba bersufiks –i digunakan dalam:
I.
Kalimat Imperatif
Contoh: tolong gulai
the ini!
Mari kita hampiri anak itu!
II. Kalimat
pasif yang predikatnya berpola: (aspek)
+ (pelaku) + verba, dan subjeknya menjadi sasaran perbuatan.
contoh: kemarin
beluai sudah kami hubungi.
Anak-anak yatim itu harus kita santuni.
III. Keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (+aspek) + pelaku + verba.
Contoh: desa yang akan kita kunjungi berada dibalik
bukit itu.
Orang
yang harus kamu surati sudah ada
disini.
6) Verba
berprefiks per-
Adalah
verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (Chaer, 2008:
124). Verba ini dapat digunakan dalam:
I.
Kalimat imperatif
Contoh: persingkat bicaramu!
Perpanjang
dulu KTP-mu ini!
II. Kalimat
pasif yang berpola: (aspek)
+ pelaku + verba.
contoh: penjagaan akan kami
perketat nanti malam.
syarat-syaratnya harus kita perlunak untuk mereka.
III. Keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + verba.
Contoh: saluran yang telah kami perdalam kini telah
dangkal lagi.
Gubernur akan meninjau bagunan yang beru kita perluas.
7) Verba
berkonfiks per-kan
Adalah
verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks
me-, berprefiks di- atau berprefiks ter-). Verba ini digunakan pada kalimat:
I.
Kalimat imperatif
Contoh: persiapkan dulu bahan-bahannya!
Jangan perdebatkan lagi masalah itu!
II. Kalimat
pasif yang predikatnya berpola: (aspek)
+pelaku + verba.
Contoh: anak itu akan kita vpertemukan dengan orang tua
angkatnya.
Masalah itu akan kami pertanyakan lagi.
III. Keterangan
tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (+aspek) + pelaku
Contoh: tariang yang sudah mereka pertunjukkan akan
diulang lagi.
Film yang mereka hendak persembahkan perlu disensor dulu.
B. Pembentukan
Nomina
Afiks
pembentuk nomina turunan sejauh ini adalah :
1)
Prefiks
ke-
2)
Konfiks
ke-an
3)
Prefiks
pe-
4)
Konfiks
pe-an
5)
Konfiks
per-an
6)
Sufiks
–an
7)
Sufiks
–nya
8)
Preiks
ter-
9)
Infiks
–el, -em, dan –er
10)
Sufiks
dari bahasa asing (Chaer, 2008: 144).
1) Nomina
perprefiks ke-
Ada
tiga buah kata yaitu: kekasih dan kehendak dengan makna gramatikal ‘yang
dituai’, ‘yang dikasihi’, dan ‘yang dikehendaki’.
2) Nomina
berkonfiks ke-an
Ada
dua macam proses pembetukan nomina dengan konfiks ke-an. Pertama, yang dibentuk
langsung dari bentuk dasar, baik dari akar tunggal maupun akar majemuk.
Contoh
: kehutanan dan keolahragaan
Kedua, dibentuk dari akar, tetapi melalui
verba /(yang dibentuk dari akar tersebut) yang menjadi predikat dalam satu
klausa.
Contoh : keberanian
(yang diturunkan dari verba berani, dari klausa mereka ungguh berani).
Kesedihan (yang diturunkan dari verba sedih, dari klausa kami sangat
sedih).
3) Nomina
berkonfiks ke-an
Contoh
: kehutanan, artinya hal hutan
Keolahragaan, artinya hal olahraga
4) Nomina
berprefiks pe-
Ada
dua macam proses pembentukan nomina dengan prefiks pe-. Prtama dengan menggunakan
kaidah persengauan, dan yang kedua tidak menggunakan kaidah persengauan.
Contoh menggunakan
kaiah persengauan :
ü
Perawat
verba : merawati
ü
Pewaris
verba : mewarisi
ü
Pengamen
verba : mengamen
Contoh
tidak menggunakan kaidah prsengauan
:
ü
Peladang
(dari dasar ladang melalui verba berladang )
ü
Petapa
(dari dasar tapa melalui verba bertapa)
5) Nomina
berkonfiks pe-an
Contoh : perawatan,
pelarian, pewarisan, penyakitan, pemantapan, penantian.
C. Pembentukan
Ajektiva
1) Dasar
Ajektiva Berafiks Asli Indonesia
Adanaya
ketumpang tindihan kata-kata berkelas ajektiva dengan kelas lain, seperti
nomina dan verba.
1) Dasar
Ajektiva Berprefiks pe-
Contoh : pemalu pendendam pembenci
Pemarah peragu pencemas
Pengecut pemberani penakut
2) Dasar
Ajektiva Berprefiks se-
Contoh : sepintar A =
sama pintar dengan A
secantik B = sama cantik dengan B
3) Badas
Ajektiva Bersufiks –an
Contoh : pintaran A =
lebih pintar A
Cantikan B = lebih cantik B
4) Dasar
Ajektiva Berprefiks ter B
Contoh : terpandai =
paling pandai
Tercantik = paling cantik
5) Dasar
Ajektiva Berkonfiks ke-an
Contoh : kehitaman =
agak hitam
Kemerahan = agak merah
Kekuningan = agak kuning
6) Dasar
Ajektiva Berklofiks me-kan
Contoh : memalukan =
menyebabkan malu
Memilukan = menyebabkan pilu
Mengkhawatirkan =menyebabkan
khawatir
7) Dasar
Ajektiva Berklofiks me-i
Contoh : mencintai =
merasa cinta pada
Mengagumi = merasa kagum pada
Menghormati = merasa hormat pada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar