Morfem adalah satuan
gramatikal terkecil yang memiliki makna. Dengan kata terkecil berarti “satuan”
itu tidak dapat dianalisis menjadi lebih kecil lagi tanpa merusak maknanya.
Suatu bahasa merupakan komposit antara bentuk dan makna.oleh karena itu, untuk
menetapkan sebuah bentuk adalahn morfem atau bukan didasarkan pada kriteria
bentuk dan makna itu.
A. JENIS-JENIS
MORFEM
1.
Morfem bebas dan
terikat
Morfem bebas adalah morfem yang
tanpa keterkaitannya dengan morfem lain dapat langsung digunakan dalam
pertuturan.
Misalnya
: morfem {pulang}, {merah}, dan {pergi}
Morfem
bebas ini tentunya berupa morfem dasar.
Morfem terikat adalah morfem yang
harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam
pertuturan. Dalam hal ini semua fiks dalam bahasa Indonesia termasuk morfem
terikat. Disamping itu banyak juga morfem terikat yang berupa morfem dasar.
Misalnya
: {henti}, {juang}, dan {geletak}
Untuk
dapat digunakan ketiga morfem ini harus terlebih dahulu diberi afiks atau
digabung dengan morfem lain.
Misalnya
: {juang} menjadi berjuang, pejuang, daya juang;
Henti
harus digabung dulu dengan afiks seperti berhenti,
perhentian, menghentikan;
Geletak harus diberi imbuhan dulu menjadi tergeletak, menggeletak
Afiks
2.
Morfem utuh dan
terbagi
Morfem utuh secara fisik
merupakan satu-kesatuan yang utuh semua moefem dasar, baik bebas maupun
terikat, serta prefix, infiks, dan sufiks termasuk morfem utuh.
Morfem terbagi adalah fisiknya
terbagi terbagi atau disisipi morfem lain. Karena semua konfiks (seperti pe-an, ke-an, dan per-an) adalah
termasuk morfem terbagi. Namun mengenai morfem terbagi ini ada dua catatan yang
perlu diperhatikan.
Pertama,
semua konfiks adalah morfem terbagi, tetapi pada bentuk ber-an ada yang berupa
konfiks dan yang bukan konfiks.
Misalnya
: ber-an pada berpakaian dalam kalimat “Sebelum berpakaian ia mandi
dulu”
Berpakaian disini memiliki morfem ber- dan pakaian (baju) bukan konfiks
yang dalam buku ini disebut klofiks
(akronim dari kelompok afiks), tetaapi ber-an pada kata bermunculan pada
kalimat “Penyanyi baru banyak bermunculan
pada tahun-tahun ini”
Bermunculan disini adalah sebuah konfiks yang
jika dipecah menjadi ber-muncul-an
3.
Morfem segmental dan
suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang
dibentuk oleh fonem-fonem segmental, yakni morfem yang berupa bunyai dan dapat
disegmentasikan.
Misalnya
: morfem {lihat}, {ter}, {sikat}, dan {lah}
Morfem suprasegmental adalah morfem yang
terbentuk dari nada, tekanan, durasi, dan intonasi. Dalam bahasa Indonesia
tidak ditemukan morfem suprasegmental, tetapi daaaaalam bahasa Cina, Thailand,
dan Burma morfem tersebut kita dapati (lebih jauh, untuk contoh lihat Chaer
2003).
4.
Morfem beralomorf zero
nol
Dalam linguistik deskriptif, ada
konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol (lambangnya berupa Ø), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak
berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan
berupa ”kekosongan”.
5. Bentuk tunggal : I have a book ; I have a
sheep
·
Bentuk jamak : I have two books ; I have two sheep
·
Kata kini : They call me; They hit me
·
Kata lampau : They called me ; They hit me
Bentuk
tunggal untuk book adalah books dan bentuk
jamaknya adalah books; bentuk tunggal untuksheep adalah sheep dan
bentuk jamaknya adalah sheep juga. Karena bentuk jamak
untuk books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem {book}
dan morfem {-s}, maka dipastikan bentuk jamak untuk sheepadalah morfem
{sheep} dan morfem {Ø}. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa {Ø} merupakan
salah satu alomorf dari morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris.
6.
Morfem bermakna leksikal dan tak bermakna leksikal
Morfem
leksikal karena didalam dirinya, secara inheren, telah memiliki makna yanpa
perlu berproses dengan morfem lain.
Misalnya : morfem-morfem seperti (kuda), (pergi), (lari), dan sebagainya adalah morfem bermakna
leksikal. Morfem-morfem seperti itu sudah dapat digunakan secara bebas dan
mempunyai kedudukan yang otonom dalam pertuturan.
Morfem tak bermakna leksikal
Adalah
morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri sebelum
bergabung dengan morfem lainnya dalam proses morfologis.
Misalnya : morfem-morfem afiks (ber-), (me-), (ter-), dan
sebagainya.
B. MOEFEM
DASAR, PANGKAL DAN AKAR
Morfem
dasar
biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfem afiks. Jadi bentuk-bentuk
seperti {beli}, {juang}, dan {kucing} adalah morfem dasar. Sebuah morfem dasar
dapat menjadi bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatau proses morfologi.
Artinya dapat diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, dapat diulang dalam
proses reduplikasi, atau dapat digabung, dengan morfem yang lain dalam suatu
proses komsosisi atau pemajemukan.
Bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal, tetapi
dapat juga berupa gabungan morfem.
Misalnya : berbicara yang terdiri dari morfem {ber-}
dan {bicara}, maka fomen {bicara} menjadi bentuk dasar
Istilah
pangkat atau stem
digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses pembentukan kata inflektif,
atau pembubuhan afiks infektif. Hal ini terutama terjadi pada bahasa-bahasa
fleksi seperti Arab, Itali, Jerman, dan bahasa Prancis.
Misalnya : bahasa Inggris kata books pangkalnya
adalah book
dalam bahasa Indonesia, kata menangisi pangkalnya adalah tangisi.
Akar
atau (root)
digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya,
akar adalah bentuk yang yang tersisa setelah semua afiksnya ditanggalkan.
Misalnya : kata Inggris untouchables akarnya
adalah touch
Memberlakukan semua afiksnya
ditanggalkan yaitu me-, ber-, -kan.
Sehingga yang tersisa adalah akar laku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar