A.
Hakikat
kata
Menurut Crystal
(1980:383-385), kata adalah satuan ujaran yang mempunyai pengenalan
intuitif universal oleh penutur asli,
baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Definisi kata yang umum sebagai satuan
makna atau gagasan tidak membantu karena kesamaran konsep. (Muib Ba’dulu dan
Herman, 2010:4). Sedangkan menurut Chaer, 2008: 63 kata merupakan bentuk yang,
ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah, dan keluar
mempunyai kemungkinan mobilitas dalam kalimat.
B.
Klasifikasi
Kata
Menurut Abdul
Chaer (2008:63-104),
|
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
a.
Kelas
tertutup
1. Nomina
yaitu kata benda, ciri utama dilihat dari adverbia pendampingnya adalah bahwa
kata-kata yang termasuk kelas kata nomina:
Ø
Pertama,
tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
Pertama,
tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
Tidak
Ø Kedua,
tidak dapat didahului oleh adverbia derajat (agak, lebih, sangat, dan paling).
![]() |
Paling
Ø Ketiga,
tidak dapat didahului oleh adverbial keharusan wajib.

Wajib
Ø Keempat,
dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah, satu, sebuah, sebatang.
Seekor kucing
sebuah meja
2.
Verba
kata kerja
Cirri
utamanya dilihat dari adverbial yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang
termasuk kelas verba.
Ø Pertama,
dapat didampingi oleh adverbia negasi tidak dan tanpa.
Contoh: tidak datang, tanpa makan
Contoh: tidak datang, tanpa makan
Ø Kedua,dapat
didampingi oleh semua adverbia frekuensi, seperti: sering datang, jarang makan,
dan kadang-kadang pulang
Ø Ketiga,
tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan pengolongannya, contoh: sebuah *membaca, dua butir *menulis, dan tiga
butir *pulang.
Ø Keempat,
tidak dapat didampingi oleh semua adverbia derajat. Contoh: agak *pulang, cukup
*datang, lebih *pergi.
Ø Kelima,
dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses). Contoh: sudah makan, sedang
mandi, tengah membaca, lagi tidur.
b. Kelas tertutup
Yaitu kelas kata
yang jumlah keanggotanya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah
dan berkurang.
1. Adverbia
Kata keterangan
atau kata keterangan tambahan, fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata
sifat, kata benda dan lainya.
2. Pronomina
Kata ganti
karena tugasnya karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada.
Contoh:
Ø kata
ganti diri: saya dan aku (orang pertama tunggal), kami dan kita (orang pertama jamak)
Ø kata
ganti penunjuk: kata ini dan itu untuk menggantikan nomina sekaligus
penunjuk.
Ø Kata
ganti Tanya: kata yang digunakan untuk bertanya, seperti: apa, siapa, kenapa, mengapa, berapa, bagaimana, dan mana.
3.
Numeralia
(Kata bilangan)
Kata yang
menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urut,
dan himpunan. Menurut bentuk dan
fungsi ada bilangan genap, ganjil, bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan
tingkat, dan kata bantu bilangan.
Ø Kata
bantu bilangan: kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina tertentu
dan ditempatkan di antara kata bilangan dengan nominana. Contoh: dua orang Korea, seorang lurah, dua buah rumah.
4. Preposisi (kata depan)
Kata-kata yang
digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba didalam suatu klausa. Misalnya
kata di dan dengan dalam kalimat: nenek duduk di kursi, kakek menulis surat dengan
pensil.
5. Konjungsi (kata
penghubung)
kata-kata yang
menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara
frasa dengan fasa, antara klausa denan klausa atau kalimat dengan kalimat.
Contoh: ibu dan ayah pergi ke Bogor, Dia tidak datang karena hujan lebat sekali.
6. Artikulus (kata
sandang)
kata-kata yang
berfungsi sebagai penentu atau mendefinitkan sesuatu nomina, ajektifa, atau
kelas lain. Artikulus dalam bahasa Indonesia adalah si dan sang. Contoh: Mana
si gendut, sejak tadi belum muncul,
dan sang kancil adalah tokoh cerita
binatang.
7. Interjeksi
kata-kata yang
mengungkapkan perasaan batin, misalnya
karena kaget, marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Interjeksi
dibagi menjadi dua, yang pertama kata-kata singkat seperti wah, cih, hai, oi, oh, nah, dan hah.
Kedua berupa kata biasa, seperti, aduh,celaka,
gila, bangsat, astaga, astaghfirulah,dan allah.
Contoh: “Wah,
mahal sekali!” kata ibu-bu
“Hai, siapa namamu?” Tanya kakak
kepada adik itu.
“Alhamdulillah, akhirna kita
berhasil!
8. PartikeL
kah,
lah, pun, dan
per. Partikel ini ada yang sebagai penegas, tetapi ada pula yang bukan.
Contoh: Apakah isi lemari itu?
Ambillah mana yang kamu suka!
Saya tidak tahu, dia pun tidak tahu
C.
Pembentukan kata secara
inflektif dan derivatif serta paradigmanya
Dalam pembentukan kata inflektif identitas leksikal
kata yang dihasilkan sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya, contoh
membeli→ beli yang termasuk verba. Sedangkan dalam pembentukan kata derivatif
identitas bentuk yang dihasilkan tidak sama dengan identitas leksikal bentuk
dasarnya, contoh pembeli→ beli yang termasuk nomina.
Kasus
inflektif dalam bahasa Indonesia hanya terdapat dalam verba transitif, yaitu:
|
Prefiks
|
Verba
|
Contoh
|
|
me-
|
Transitif Aktif
|
me-baca→ membaca
|
|
di-
|
Transitif Pasif tindakan
|
di-baca→ dibaca
|
|
ter-
|
Transitif Pasif keadaan
|
ter-baca→ terbaca
|
|
Zero
|
Imperatif
|
Ø-baca→ baca
|
(Chaer,
2008:37-39)
Klitika
Klitika berasal
dari bahasa Yunani yaitu Klinein yang artinya bersardar dapat ditafsirkan
sebagai jamak. Istilah ”klitika” (pro- dan en-) sering di pakai untuk
menyebutkan kata-kata singkat yang tidak beraksen dan oleh karena itu harus
‘bersandar’ pada suatu kata yang beraksen sebagai konstituennya. Menurut
pengertian ini suatu klitika paling sedikit berupa kata, jadi morfem bebas.
Dalam pengertian kita disini klitika adalah selalu morfem terikat. Akhiran
–lah, -kah, dan –pun, contoh walaupun, meskipun, dan maupun. (Verhaar,
1977:61-62)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar