Senin, 23 Januari 2017

Klasifikasi Kata Menurut Para Ahli



A.      Hakikat kata
Menurut Crystal (1980:383-385), kata adalah satuan ujaran yang mempunyai pengenalan intuitif  universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Definisi kata yang umum sebagai satuan makna atau gagasan tidak membantu karena kesamaran konsep. (Muib Ba’dulu dan Herman, 2010:4). Sedangkan menurut Chaer, 2008: 63 kata merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah, dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas dalam kalimat.

B.      Klasifikasi Kata
Menurut Abdul Chaer (2008:63-104),








KLASIFIKASI KATA
 





 





a.   Kelas tertutup
1.   Nomina yaitu kata benda, ciri utama dilihat dari adverbia pendampingnya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas kata nomina:
Ø Double Brace: Kucing
Meja
Bulan

Pertama, tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.

Tidak


Ø Kedua, tidak dapat didahului oleh adverbia derajat (agak, lebih, sangat, dan paling).


Double Brace: Kucing
Meja
Bulan
 
Paling

Ø Ketiga, tidak dapat didahului oleh adverbial keharusan wajib.
Double Brace: Kucing
Meja
Bulan

Wajib


Ø Keempat, dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah, satu, sebuah, sebatang.
Seekor kucing
sebuah meja
2.   Verba kata kerja
Cirri utamanya dilihat dari adverbial yang mendampinginya adalah bahwa kata-kata yang termasuk kelas verba.
Ø Pertama, dapat didampingi oleh adverbia negasi tidak dan tanpa.
Contoh: tidak datang, tanpa makan
Ø Kedua,dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi, seperti: sering datang, jarang makan, dan kadang-kadang pulang
Ø Ketiga, tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan pengolongannya, contoh: sebuah *membaca, dua butir *menulis, dan tiga butir *pulang.
Ø Keempat, tidak dapat didampingi oleh semua adverbia derajat. Contoh: agak *pulang, cukup *datang, lebih *pergi.
Ø Kelima, dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tenses). Contoh: sudah makan, sedang mandi, tengah membaca, lagi tidur.

b.     Kelas tertutup
Yaitu kelas kata yang jumlah keanggotanya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah dan berkurang.
1.     Adverbia
Kata keterangan atau kata keterangan tambahan, fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat, kata benda dan lainya.


2.     Pronomina
Kata ganti karena tugasnya karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada.
Contoh:
Ø  kata ganti diri: saya dan aku (orang pertama tunggal), kami dan kita (orang pertama jamak)
Ø  kata ganti penunjuk: kata ini dan itu untuk menggantikan nomina sekaligus penunjuk.
Ø  Kata ganti Tanya: kata yang digunakan untuk bertanya, seperti: apa, siapa, kenapa, mengapa, berapa, bagaimana, dan mana.
3.     Numeralia (Kata bilangan)
Kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urut, dan himpunan. Menurut bentuk dan fungsi ada bilangan genap, ganjil, bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan tingkat, dan kata bantu bilangan.
Ø  Kata bantu bilangan: kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan di antara kata bilangan dengan nominana. Contoh: dua orang Korea, seorang lurah, dua buah rumah.
4.     Preposisi (kata depan)
Kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba didalam suatu klausa. Misalnya kata di dan dengan dalam kalimat: nenek duduk di kursi, kakek menulis surat dengan pensil.
5.     Konjungsi (kata penghubung)
kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frasa dengan fasa, antara klausa denan klausa atau kalimat dengan kalimat. Contoh: ibu dan  ayah pergi ke Bogor, Dia tidak datang karena hujan lebat sekali.
6.     Artikulus (kata sandang)
kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinitkan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikulus dalam bahasa Indonesia adalah si dan sang. Contoh: Mana si gendut, sejak tadi belum muncul, dan sang kancil adalah tokoh cerita binatang.
7.     Interjeksi
kata-kata yang mengungkapkan  perasaan batin, misalnya karena kaget, marah, terharu, kangen, kagum, sedih, dan sebagainya. Interjeksi dibagi menjadi dua, yang pertama kata-kata singkat seperti wah, cih, hai, oi, oh, nah, dan hah. Kedua berupa kata biasa, seperti, aduh,celaka, gila, bangsat, astaga, astaghfirulah,dan  allah.


Contoh: “Wah, mahal sekali!” kata ibu-bu
            “Hai, siapa namamu?” Tanya kakak kepada adik itu.
            “Alhamdulillah, akhirna kita berhasil!
8.     PartikeL
kah, lah, pun, dan per. Partikel ini ada yang sebagai penegas, tetapi ada pula yang bukan.
Contoh: Apakah isi lemari itu?
            Ambillah mana yang kamu suka!
            Saya tidak tahu, dia pun tidak tahu

C.    Pembentukan kata secara inflektif dan derivatif serta paradigmanya
Dalam pembentukan kata inflektif identitas leksikal kata yang dihasilkan sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya, contoh membeli→ beli yang termasuk verba. Sedangkan dalam pembentukan kata derivatif identitas bentuk yang dihasilkan tidak sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya, contoh pembeli→ beli yang termasuk nomina.
Kasus inflektif dalam bahasa Indonesia hanya terdapat dalam verba transitif, yaitu:
Prefiks
Verba
Contoh
me-
Transitif Aktif
me-baca→ membaca
di-
Transitif Pasif tindakan
di-baca→ dibaca
ter-
Transitif Pasif keadaan
ter-baca→ terbaca
Zero
Imperatif
Ø-baca→ baca
                 (Chaer, 2008:37-39)
Klitika
Klitika berasal dari bahasa Yunani yaitu Klinein yang artinya bersardar dapat ditafsirkan sebagai jamak. Istilah ”klitika” (pro- dan en-) sering di pakai untuk menyebutkan kata-kata singkat yang tidak beraksen dan oleh karena itu harus ‘bersandar’ pada suatu kata yang beraksen sebagai konstituennya. Menurut pengertian ini suatu klitika paling sedikit berupa kata, jadi morfem bebas. Dalam pengertian kita disini klitika adalah selalu morfem terikat. Akhiran –lah, -kah, dan –pun, contoh walaupun, meskipun, dan maupun. (Verhaar, 1977:61-62)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar